Sabtu, 27 November 2010

Kisah Siti Masithah

Suatu ketika tukang sihir anak Raja Fir’aun yang bernama Mashithah sedang asyik menyisir rambut anak sang raja. Akan tetapi, tiba-tiba sisir yang digunakannya jatuh. Dengan spontan, Mashithah mrengucapkan Bismillahi, dengan menyebut nama Allah.
Mendengar ucapan yang terlentar dari mulut Mashithah, sang putri kemudian bertanya, “Wahai Mashithah apa yang tadi kamu katakan? Bukankah Tuhan kamu adalah ayahku? Mengapa engkau menyebut Tuhan lain selain Fir’aun?
Dengan tegas Mashithah menjawab, “Wahai Tuan Putri sesungguhnya Tuhan kamu semua adalah Allah swt, bukan ayah Tuanku?
Putri pun mengatakan, “Wahai Mashithah, perbuatan kamu ini nanti akan aku laporkan kepada Ayahanda. Dengan penuh keyakinan dan Iman yang mantap, Mashithah menjawab, “Silahkan Tuan Putri laporkan apa yang Tuan Putri dengar.”
Akhirnya Fir’aun memanggil Mashithah seraya menanyakan apa yang telah ia katakana kepada anaknya. Apakah benar atau salah. “Benar Tuan Raja, “ Jawab Mashithah. Fir’aun pun memberi tawaran yang kedua supaya Mashithah mengakui bahwa Fir’aun adalah Tuhannya. Mashithah tetap dengan pendiriannya.
Fir’aun pun marah maka, semua keluarga Siti Masyitoh di kumpulkan Fir’aun memulai pengadilannya. “Masyitoh, kamu lihat belanga besar di depanmu itu. Kamu dan keluargamu akan saya rebus. Saya berikan kesempatan sekali lagi, tinggalkan agama yang dibawa Musa dan kembalilah untuk menyembahku. Kalaulkah kamu tidak sayang dengan nyawamu, paling tidak fikirkan keselamatan bayimu itu. Apakah kamu tidak kasihan padanya”
Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fir’aun, Siti Masyitoh sempat bimbang. Tetap sebelum mashithoh dan kelaurganya dimasukkan ke dalam belanga besar siti masithah meminta agar tulang-tulangnya nanti dikuburkan, dan permintaan itu dikabulkan oleh fir’aun. Setelah itu, Tidak ada yang dikhawatirkannya dengan dirinya, suaminya, dan anak-anaknya yang lain, selain anak bungsunya yang masih bayi. Naluri keibuannya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya. “Yakinlah Masyitoh, Allah pasti menyertaimu”, sisi batinnya yang lain mengucap.
Ketika itu terjadilah suatu keajaiban. Bayi yang masih menyusu itu berbicara kepada ibunya, “Bersabarlah, wahai ibuku! Janganlah engkau merasa bimbang dan ragu-ragu! Sesungguhnya Allah selalu bersama kita, wahai ibuku.” melihat bayinya dapat berkata-kata dengan fasih, menjadi teguhlah iman Siti Masyitoh. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya.
Allah pun membuktikan janji-Nya pada hamba-hamba-Nya yang memegang teguh (istiqomah) keimanannya. Ketika Siti Masyitoh dan keluarganya dilemparkan satu persatu pada belanga itu, Allah telah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka, sehingga mereka tidak merasakan panasnya air dalam belanga itu.
Ketika Nabi Muahammad saw isra dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan. “Kuburan siapa itu Jibril ?” tanya Nabi.
“Itu adalah kuburan seorang wanita shalihah yang bernama Siti Masyitoh” jawab Jibril.
Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar